my story Scene 3
Watashi wa Daisuki (366 Days)
“wherever you are, I always make you smile,
wherever you are, I’m always by your side,
whatever you say, kimi wo omou kimochi,
I promise you forever right now…”
Begitulah sebuah penggalan lagu yg aku dengarkan. Benar-benar
lagu ini membuat aku selalu tersenyum karena aku selalu teringat oleh seorang
sahabatku waktu SMP hingga kami di SMA yg sama.
Tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita yg tak asing
lagi. Dia adalah sahabat ku yg kuingat tadi, dia merupakan sahabat yg selalu
hadir di saat aku senang, sedit, sakit, atatu di saat aku membutuhkan seorang
untuk mencurahkan masalahku.
“Hey! Kita pergi yuk..?” Tanya dia padaku.
“Kemana..?” tanyaku padanya.
“Ketempat kita bisa menghabiskan waktu dulu..” jawab dia padaku.
“Emh, apa kamu ngak pernah bosen ya datang ke tempat itu..?”
tanyaku balik padanya.
“iihhh… ayo dong. Please..??” katanya sambil memohon padaku.
“Iya, deh aku temenin. Tapi dengan satu syarat..?” kataku
padanya.
“Apa..?” jawabnya sambil memasang muka bertanya-tanya.
Lalu aku berbisik padanya, lalu menarik tangannya, lalu
menghidupkan motorku, lalu kami ke tempat yg biasanya kami menghabiskan waktu
kami saat kami masih menggunakan seragam putih biru.
Sesampai di sana aku dan sia menghabiskan waktu bersama.
Sesaat dia melihat ku dengan senyuman yg indah dan membuatku kadang salah
tingkah. Waktu pun berlalu dengan cepat waktu menunjukan waktu 16.45 di mana
matahari akan terbenam.
“Ne.. apa kamu serius dengan ucapanmu tadi..?” Tanya dia
padaku.
“Emangnya kenapa… ada yg salah ya dengan ucapanku tadi..?”
jawabku.
“Tapi aku masih belum bisa menjawabnya sekarang..?” jawab
dia padaku.
“Aku ngerti kok. Aku janji dari sekarang aku akan menunggu
jawabanmu..? apapun jawabnya aku akan terima..” kataku padanya.
“Makasih ya.” Ucapnya padaku sambil tersenyum.
Akhirnya kamipun pulang setelah matahari terbenam.
Sudah hampir setahun aku menunggu jawaban darinya. Ya nama
gadis itu Cindy, nama lengkapnya Cindy Gulla. Wajahnya yg cantik dan
senyumannya yg membuat setiap orang pasti akan senang jika melihatnya. Hingga
akhirnya aku pun mendapat kabar dari seorang teman sekelasku kalo Cindy sudah
jadian sama seorang teman sekelasnya. Aku yg mendengarnya hanya bisa terdiam,
dan rasanya ada yg menusuk hati ini. Sakitnya terasa sangat sakit. Namun aku
mencoba untuk menahan itu semua.
Setelah bel sekolah berbunyai, aku langsung ke tempat
parkiran motor, namun saat sampai di sana aku melihat Cindy dengan seorang
laki-laki. Aku pun langsung menghindari mereka. Setelah mereka pergi aku pun
langsung mengambil motorku dan pulang.
Hari – hari pun berlalu, akhirnya liburan kenaikan kelas di
mulai. Aku yg biasanya menghabiskan waktuku dengan Cindy, kini aku menghabiskan
waktu dengan membaca novel, bermain game, atau pun menonton film DVD yg ku beli.
Namun setelah 2 hari berlalu, tiba – tiba Cindy ke rumahku.
“Hey! Kamu apa kabarnya,,?” Tanya dia padaku.
“Baik.” Jawabku singkat.
“Kamu marah ya sama aku..?” Tanya dia lagi padaku.
“enggak.” Jawabku lagi dengan singkat.
“Lalu kok semalam aku telepon kamu ngak anggat sih..?” ucapnya padaku.
“aku semalam lagi sibuk.” Jawabku bohong padanya.
“kamu bohong kan.? Aku semalam telponin ibu kamu. kata ibu kamu, kamu lagi
baca novel di kamar kamu.” Kata dia padaku yg membuatku terdiam sejenak.
Akhirnya aku mengaku kalo aku berbohong padanya.
“Iya, aku memang ngak sibuk kok.” Kataku pada dia.
“Lalu kok kamu ngak anggat telfon aku sih..?” Tanya dia
padaku.
“aku hanya… ngak ingin membuat hati aku makin sakit, Cin.”
jawabku padanya.
“Maksud kamu..?”
Tanya dia padaku.
“kamu udah jadiankan sama anak baru yg satu kelas sama kamu
kan.. Aku tau kok kalo kamu udah jadian sejak sebelum liburankan.” Jawabku
dengan sedikit keras yg membuat Cindy sedih.
“eeehhh.. maaf Cin, bukan maksud aku….” belum selesai aku
bekata lalu dia memotong perkataanku.
“Bodoh… bodoh, bodoh, bodoh…” katanya sambil meneteskan air
matanya.
Aku hanya bisa terdiam melihat dia yg menangis. Aku pun
langsung menghampirinya lalu menghapus air mata di pipinya. Aku menatap
wajahnya dengan tatapan yg dalam, bagitu pula dia.
“kamu jangan nangis lagi ya, Cin. Aku akan lakukan apa aja
asal kamu jangan nangis.” Kataku padanya.
“klo gitu temenin aku ke tempat kita biasa menghabiskan
waktu ya..?” Tanya dia padaku.
“hemm.” Jawabku dengan anggukanku.
Lalu kami pun pergi ketempat kami biasa menghabiskan waktu
sambil menunggu mata hari terbenam.
“Ne… kamu tau gak kalo aku pernah bilang untuk menunggu
jawaban aku…?” kata Cindy menbuka pembicaraan.
“Hemm..” jawabku dengan anggukan.
“Dan kamu tau gak bahwa anak baru yg kamu bicarakan tadi itu adalah saudara aku yg baru
pindah.” Ucapnya padaku.
Aku masih belum percaya dengan perkataanya.
“Dan kamu tau gak kenapa aku ingin kamu menunggu aku..?”
Ucapnya lagi.
“Kenapa..” tanyaku padanya.
“Karena aku ingin menguji kesabaranmu, apakah kamu benar –
benar tulus dengan apa yg kamu bisikan waktu itu..” kata Cindy padaku.
Dalam hati, aku hanya merasa bodoh dengan tidak percaya
dengan ucapan Cindy. Terlubih aku hanya memikirkan diriku sendiri.
“Maaf ya, Cin. Aku tidak percaya dengan kamu. Aku benar –
benar menyesal dengan apa yg aku lalukan semalam..” kataku dengan penyesalan.
“Iya, ngak apa – apa kok, malah aku bersyukur karena ada
orang yg menyangiku dan mau menungguku selama ini..” katanya sambil melontarkan
senyuman yg benar – benar membuat aku tak mampu beralih ke lain hati.
“Ne… kamu masih mau menunggukukan..” ucapnya padaku.
“Iya, aku kan udah pernah janji bahwa aku akan menunggu
kamu… Zutto..!!!” kataku sambil tersenyum padanya.
“Dan kamu maukan menunggu jawaban aku setelah lulus dan
menunggu 366 hari lagi..” kata Cindy.
Sontak aku terkejut.. “Haaa… itukan berarti aku harus
menunggu kamu selama 2 tahun lagi, Cin..” kataku padanya.
“Aku hanya ingin melihat keseriusan kamu, itu aja kok…”
katanya padaku.
“Ya udah aku akan coba, mski pun kelak nanti jawabanmu
menyakitkan, tapi aku akan tetap bahagia meski aku tak bisa memiliki kamu..”
tegasku pada Cindy.
Saat itu juga Cindy tak henti – hentinya melontarkan
senyumannya padaku. Dan saat itu juga aku yakin kalo aku sangat menyanginya.
Akhirnya hari ke lulusan pun tiba, dan seperti yg bisa di
tebak Cindy mendapat nilai terbaik di sekolah. Setelah selesai melihat daftar
nilai tertinggi aku pun langsung pergi ke tempat kesukaan ku dan Cindy.
“Ahhh… akhirnya lulus juga..” kataku dengan sekuat tenaga.
Aku langsung berbari di rerumputan yg berada di bawah pohon.
Udara kala itu memang saat sejuk yg membuat aku teringat akan semua kenangan ku
bersama Cindy. Orang yg benar – benar aku sayangi. Aku mengambil earphone di
tas ku, lalu mendengarkan music di hendphoneku. Tak lama berselang seseorang
mengagetkanku dengan memperbesar volume suara music di hendphoneku.
“Wwweeeiiii…” aku terkejut dengan volume music yg begitu
tinggi.
“Hahahaha… muka kamu lucu banget kalo lagi kaget.” Kata
seseorang dengan senyuman manisnya.
“Ahhh.. kamu Cin. Lagi enak – enaknya dengerin music sambil
menikmati udara yg sejuk malah kamu ganggu..” kataku dengan nada agak kesal.
“Iya, iya.. maaf kali ini aku yg salah. Abisnya kamu ngak
ngajak – ngajak aku sih maen ke sini..” kata dia dengan wajah yg agak sedih.
“Ya… abisnya tadi aku liat kamu lagi seneng – senengnya sih
dengan teman – teman kamu yg lain…” balasku padanya.
“Ya, setidaknya kan kasih aku kabar ke kalo mau ke sini,
jadinyakan aku ngak capek – capeknya cariin kamu…” balasnya padaku.
“Ya, udah aku minta maaf. Memangnya kamu tau aku di sini
dari siapa..?” tanyaku padanya.
“Ya.. insting aja. Soalnya kan kalo kamu lagi pengen
menyendiri kamu pasti kesini… Eh, ngomong – ngomong kamu tau ngak siapa yg
dapat nilai tertinggi di sekolahan…?” Tanya dia padaku.
“Iya, aku tau kok..” jawabku padanya.
“Nah, kalo tau kok ngak beri selamat ke aku.” Katanya dengan
ngambek.
“Emangnya penting ya, dapat selamat dari aku.” Balasku.
“Ya, pentinglah kamukan sahabat aku. Masa kamu ngak mau
ngucapin selamat buat aku.. Kamu jahat..” kata dia yg lalu ingin pergi.
Namun untung saja aku sigap, lalu aku berkata… “OTANJOUBI OMEDETOU.., Cindy..” seru ku lalu aku membuka
tas ku lalu memberikan hadiah ulang tahun padanya.
Cindy langsung memelukku dengan erat dan berkata.. “Dasar..
cowok begok…” katanya lalu menetaskan air matanya.
“Udah, jangan nangis lagi ya, inikan aku lakukan karena aku
sayang sama kamu.” Kataku. Akhirnya kami seperti biasanya menanti matahari
terbenam sambil mengobrol dan bercanda satu sama lain.
Hari – hari terus berlalu akhirnya hari yg di nantipun tiba
saatnya yaitu hari ke 366 setelah kelulusan. Aku bergegas ke tempat yg kami
sukai, dan saat tiba aku melihat Cindy sudah sampai duluan. Aku pun langsung
menghampiri dia.
“Helloo…!!!” kataku yg mengagetkannya.
“Eeehhh.. kamu… kok lama banget sih, aku kan dari tadi udah
nungguin kamu..” ucapnya dengan agak jengkel.
“Loh, bukannya biasa kita pergi jam segini ya..” seruku pada
dia.
“Ya, kan hari ini aku mau memberi jawaban sama kamu, tapi
kamu malah telat. Harusnyakan lebih awal… biar bisa agak lamaan bersamanya…” katanya
yg membuat aku tersenyum padanya.
Sesaat kami berdua terdiam. Keheningan sesaat membuatku
berfikir apa kah aku bisa menjadi orang yg dia kasihi atau kita hanya akan
berteman. Aku benar – benar di buat kaku kali ini.
“Anoo.. E..too.. sejujurnya sekarang ini aku masih bingung.
Apa kah aku bisa jadi yg terbaik untuk kamu.” Kata dia padaku.
“Apapun jawabanmu, aku pasti terima kok.” Seruku padanya.
“Kalo aku bilang kamu harus nungguin kamu 366 hari lagi
gimana? Apa kah kamu mau..” Tanya dia padaku.
“Aku akan menunggu.” Singkatku padanya.
Dia tersenyum manis padaku. Cindy mengeluarkan sepotong
kertas. Apa yg di tulisnya ya, gumamku dalam hati.
“Nih, baca keras – keras. Itu adalah jawaban dariku…” seru
dia yg membuatku penasaran.
Saat aku membaca sesaat sebelum meneriakan isi kertasnya, ak
langsung tersenyum melihat kata – katanya. Dan saat ku melihat Cindy, ia
tersenyum.
“AYO KITA JALANI SEMUANYA DENGAN BERSAMA – SAMA, KITA HADAPI
DUNIA INI BERSAMA – SAMA DAN LALUI HARI – HARI BERSAMA – SAMA. KARENA ITU AKU
AKAN MENERIMAMU JADI KEKASIHKU….” Terikku sekuat tenanga.
Akhirnya aku mengerti mengapa dia menyuruhku menunggu selama
ini. Itu untuk menguji apa kah aku tulus menyanginya. Aku berjanji akan menjaga
selalu dia aku hanya ingin melihat senyumannya selalu. Zutto.. ingin bersama
dia....
Komentar
Posting Komentar