“Terima kasih telah Mencintaiku.,Kanon.”


Part One : Aku ingin mengenalmu lebih jauh.


Akhirnya aku bisa juga bekerja sebagai perawat. Setelah menempuh pendidikan perawatan selama 3 tahun, aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Hari ini aku menjadi siswa pelatihan di sebuah rumah sakit.
“kalian mulai hari ini hingga sebulan kedepan akan menjadi siswa pelatihan di rumah sakit ini…” kata kepala perawat rumah sakit.
“jika ada yang tidak kalian ketahui, kalian dapat bertanya pada pembimbing kalian yang telah di tentukan. Jadi selamat menjalani kepelatihan kalian..”  kamipun langsung mengunjungi pasien yang telah di tentukan.
Pembimbingku langsung mengantarkanku pada pasien yang telah di tentukan tepatnya kamar 048. Ternyata pasienku seorang wanita.
“Kimoto-san, mulai hari ini dan sebulan kedepan kamu akan di temani oleh siswa pelatihan, Namanya Azze..” aku pun memperkenalkan diriku padanya.
“Nama saya Azze, mulai hari ini saya akan menjadi perawat anda. Salam kenal..” kataku dengan sedikit gugup.
Jujur saja pandanganku sempat teralihkan oleh sosok cantik, berkulit putih, tapi kelihatannya dia pemalu. Karena dia hanya menjawabnya dengan anggukan.
Namanya Kimoto Kanon, dari namanya aja aku dapat tahu kalo dia berasal dari jepang. Kanon mendapatkan kecalakaan baru – baru ini. Dia harus menjalani rehabilitasi pada kedua kalinya.
Aku pun mulai menjalani hariku sebagai perawat, jujur saja aku jarang berinteraksi dengan Kanon. Karena saat aku bertanya dia hanya menjawab dengan anggukkan.
Setelah satu minggu berlalu semuanya masih sama aku masih sulit untuk berinteraksi dengan Kanon.
“Azze, hari ini kamu bawa Kimoto-san Jalan – jalan dengan menggunakan kursi roda ya, sebagai bagian rehabilitasi..” kata pembimbingku.
Aku pun langsung menghampiri ruangan Kanon.
“Kimoto-san, hari ini saya akan membawa anda Jalan – jalan ke taman rumah sakit. Apakah boleh..?” Tanyaku padanya.
Dia hanya menjawab “Ya”.
Aku pun mendorong kursi rodanya Kanon, dari ruangannya menuju taman rumah sakit. Sesampainya di taman dia berkata padaku.
“Apakah kamu mau mengambilkan bunga -  bunga di sana untukku…” aku pun langsung mengambilkan bunga – bunga yang ada di taman.
“Terima kasih..” katanya dengan tersenyum. Baru kali ini aku melihat Kanon tersenyum.
“Kimoto-san sangat suka dengan bunga ya..??” Tanyaku padanya.
“Iya. Karena di jepang orangtuaku merupakan penjual bunga…” katanya sembari merangkai bunga – bunga yang ada di tangannya.
“Kalo gitu besok dan seterusnya saya akan membawakan bunga untuk Kimoto-san..” Kataku yang membuatnya terkejut, hingga dia menjawab menggunakan bahasa jepang.
“Hontou Nii…” aku pun langsung menggeleng – gelengkan kepalaku, kerena aku tak mengerti apa yang di katakannya.
“Ah, maaf aku menggunakan bahasa jepang.. eettooo.. apakah benar kamu akan membawakan bunga untukku setiap hari..??” aku pun langsung menjawab.
“Jika itu bisa membuat Kimoto-san tersenyum dan bahagia, kenapa tidak..” kataku dengan nada semangat.
“Jaa.. maukah kamu berjanji padaku..” Tanyanya sembari mengulurkan jari kelingkingnya padaku.
“Iya, saya berjanji..” aku menyambut jari kelingkingnya.
Keesokan harinya aku membawakan bunga untuk Kanon, seperti janjiku. Mungkin dengan ini aku bisa lebih dekat dengan Kanon. Karena aku tak ingin mengecewakannya sebagai pasien pertamaku. Dan yang selalu ku ingat bahwa dia tak pernah berhenti berkata “Terima kasih” padaku dengan senyumannya.






Part Two : Whatever You had Said was Everything.
 
Hari ini adalah hari terakhirku sebagai siswa pelatihan,
“Hari ini, hari terakhir Azze-kun sebagai siswa pelatihan ya..?” Tanya Kanon padaku.
“Iya, tidak terasa sudah satu bulan ya…” jawabku.
“Karena hari ini hari terakhir jadi aku ingin memberikan sesuatu dengan Kimoto-san..” ucapku padanya.
“Memberikan apa..?” tanyanya lagi.
“Kalo gitu, pake ini..” sembari memberinya penutup mata.
“Eehhh.. untuk apa..?” tanyanya dengan kebingungan.
“Udah pake aja..” akhirnya dia pun memakainya.
Akupun membawa Kanon kea tap rumah sakit.
“Kita di mana sih…?” Tanyanya penasaran.
“Oke, Kita sampai. Sekarang Kimoto-san boleh membuka penutup matanya..” kataku.
Kanon pun membuka penutup matanya.
“Waaahhh… Indahnya…” katanya sembari melihat pemandangan kota dari atas gedung rumah sakit.
Aku benar – benar senang melihat senyum ceria dari wajahnya Kanon.
“Nee.. Azze-kun. Apakah kamu sudah punya pacar..?” Tanyanya dengan polos, hingga membuatku terkejut.
“Eeehh.. memangnya kenapa..?” Tanyaku balik padanya.
“Yaa.. Kalo Azze-kun belum punya pacarkan, Jadinya aku bisa mencintai Azze-kun tanpa perlu khawatir..” Jawabnya dengan senyuman polosnya.
Aku jadi bingung harus menjawab apa.
“Berarti Azze-kun sudah punya pacarnya, Jadinya bingung mau jawab apa..” katanya yang lagi – lagi dengan senyum polosnya.
“Enggak kok, saya belum punya pacar..” kataku tapi tanpa menatapnya.
“Uso.. mana mungkin Azze-kun belum punya pacar..” balasnya.
“Serius.. karena selama ini saya selalu fokus untuk menyelesaikan kuliah keperawatanku, jadinya saya tidak pernah berfikiran untuk pacaran..” ucapku dengan serius.
“Hihihihi… ternyata Azze-kun itu bisa juga ya, di kerjain..” kata Kanon sembari tertawa.
“Eehhh.. jadi ceritanya aku di kerjain nih..” kataku dengan sedikit kesal.
“Hehehe… Maaf, maaf. Karena hari ini kan hari terakhir aku bisa bersama Azze-kun jadinya aku ingin membuat sedikit kenangan..” katanya sembari minta maaf.
“Iya, di maafin kok. Kalo gitu giliran aku bertanya “Apa kimoto-san sudah punya pacar..?” Tanyaku padanya.
“Pasti mau ngerjain aku ya..” Balasnya.
“Ngak kok, saya serius..” jawabku.
dia pun terdiam sesaat. Hingga akhirnya dia menjawab.
“Misalkan aku belum punya pacar, kenapa..?” tanyanya padaku.
“Jika belum berarti saya mempunyai kesempatan donk..” jawabku sembari menatapnya.
Pipi Kanon pun memerah. Suasana pun berubah jadi hening.
“Suki…” katanya dengan nada yang rendah.
“Ehhh. Kimoto-san bilang apa..?” Tanyaku padanya.
“Daisuki.. Azze-kun no..” Jawabnya.
“Arigatou…” ucapku.
“Ehhh..” Kanon langsung menatapku.
“Terima kasih sudah mencintai Saya..” kataku, lalu aku pun memeluknya.
“Azze-kun, mengerti ya ucapku tadi..” aku hanya menganggukan kepalaku sembari tetap memeluknya.
Aku pun melepaskan pelukkanku dan berkata.
“Jika takdir mempertemukan kita lagi, Saat itu juga saya akan langsung berkata , Bahwa saya mencintai Kimoto-san…” kataku padanya.
Dia pun berkata, “Arigatou, watashi mo…” meski pun dengan bahasa jepang, aku mengerti apa yang di katanya.
Hari itu kamipun menghabiskan waktu itu dengan saling bercerita, bercanda dan tertawa bersama. Ini merupakan memori yang tak akan kami lupakan. Meski pun kami akan berpisah kami tetap akan menyimpan kenangan yang kami buat hari ini. Karena hari ini sangatlah berarti buat aku, maupun Kanon.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Spitz - Uta Usagi

Download Film Hokago Lost 2014